Pencarian

Sedikit Ulasan Tentang Kebudayaan Betawi





# Etimologi Betawi

      Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan kebudayaan Melayunya. Kata Betawi berasal dari kata " Batavia" yaitu nama lain dari Jakarta pada masa Hindia Belanda, kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang termuda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi bernama Perkoempoelan Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923. Dalam buku "Penulusuran sejarah Jawa Barat" (Dinas Kebudayaan Jawa Barat,1984), nah ini ni yang mau di ceritain, dibuku sejarah ntuh disebutkan sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang didirikan oleh Aki Tirem sudah berdiri di tepi sungai Warakas, Jakarta Utara. Aki Tirem kemudian mengangkat menantunya Dewawarman menjadi Raja. Seorang pelawat asal Tiongkok, Fa Shien pun pada abad ke 5 mencatat kegiatan komunitas masyarakat yang mendiami daerah aliran sungai Ciliwung. Merekalah yang kemudian dinamakan manusia proto Melayu Betawi. Nah seiring berjalannya waktu Jakarta kemudian dihuni oleh orang-orang sunda, jawa, bali, maluku, melayu dan dari beberapa daerah lainnya, disamping orang cina, belanda, portugis, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penduduk adalah bahasa Melayu dan bahasa portugis yang lebih dari satu abad malang melintang berniaga dan menjajah. Jakarta adalah juga "panci-pelebur" yang kalo dibilang (melting pot) kebudayaan. Banyak kebudayaan dan kesenian dari berbagai penjuru dunia dan nusantara bertemu, saling mempengaruhi, dan akhirnya melebur menjadi identitas baru: Masyarakat Betawi atau Orang Betawi. Dari masa kemasa Masyarakat Betawi berkembang terus dengan ciri-ciri budaya yang semakin mantap sehingga mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain. Namun bila dikaji lebih mendalam akan tampak unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhinya. Jadi tidaklah mustahil bila bentuk kesenian dan kebudayaan Betawi sering menunjukkan persamaan dengan kebudayaan dan kesenian dari daerah lain. Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan dirasakan seutuhnya sebagai miliknya sendiri tanpa mempermasalahkan darimana asal unsur-unsur pembentuknya.



# Sejarah

       Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong. Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan. Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia; Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.


# Suku Betawi

          Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi. Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Sebagai ibu kota negara Indonesia Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru Nusantara dan dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi diduga sebagai penduduk yang paling awal mendiami kawasan ini, paling tidak sejak abad ke 2.

              Demikian pula sikap terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri-ciri kebetawiannya, terutama pada seni pertunjukkan. Budaya dan kesenian Betawi masih terus berkembang membentuk Kebudayaan Megapolitan. Kesenian betawi tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dengan segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian rakyat. Sebagaimana yang dipaparkan dalam blog ini.

Kesenian Betawi lahir dari perpaduan berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang hidup di sekitarnya (Betawi), Sedikit Contoh Jenis- jenis Musik Betawi :

1. Gambang Kromong
2. Gambang Rancag
3. Gamelan Ajeng
3. Gamelan Topeng
4. Keroncong Tugu
5. Tanjidor
6. Orkes Samrah
7. Orkes Gambus
8. Rebana
9. Sampiong
10. Marawis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar